Jumat, 29 Maret 2013

Dia tak Seperti yang Ayah Pikir,Dia Beda !

Edit Posted by with No comments
Hari ini hujan turun begitu deras,  sedangkan aku masih terjebak di tempat ini. Ayah yang berkali-kali meneleponku rupanya sangat khawatir padaku dan berkali-kali memarahiku di telepon. Memang salahku pergi ke toko buku pukul 4 sore, aku pikir aku hanya akan membeli beberapa buku saja dan langsung pulang namun ternyata aku justru tergiur untuk membaca novel yang baru ku beli di kafe samping toko buku dengan menikmati  secankir kopi. Tak sadar hujan tiba-tiba turun begitu deras dan membuatku terhenyak karena waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore.
“Ayah bisa memarahiku, aduh gimana dong” keluhku pada Sebastian. Dia yang selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Dia lelaki yang tak pernah bosan medengar ocehanku. Menurutku dia lelaki yang sempurna untukku. Dia kekasihku. Hari ini Sebastian terpaksa tidak membawa mobilnya karena aku lebih ingin naik angkutan umum.
“Santai sayang,semua akan baik-baik  saja I was always there beside you” jawabnya.
“Iya tapi ayah pasti marah gara-gara aku pulang lewat dari jam 6” keluhku lagi.
Sebastian hanya menanggapinya dengan senyuman dan memegang jemariku.
Pukul 19.30 hujan belum juga reda dan belum ada bus kota yang lewat.  Aku melirik ke arah Sebastian,dia masih santai dan tidak ada ketegangan diwajahnya. Akhirnya bus kota datang,dan sudah penuh terisi penumpang. Terpaksa aku dan Sebastian berdiri. Inilah indonesia. Bus duah penuh dan berdesakkanpun masih saja memasukkan para penumpang. Terlalu memaksakan.
Sebastian memaksa untuk mengantrkanku pulang sampai rumahku,bahkan dia tidak peduli dengan Ayahku. Dia berkata bahwa dia akan menghadapinya.
Sesampainya di rumah,aku melihat ayah di depan pintu,dia terlihat sangat cemas. Namun wajah cemasnya hilang begitu saja ketika Ayah melihat Sebastian ada di sampingku.
“Jadi sekarang kelakuan kamu begini !” Ayah melototiku.
“Kamu ini wanita,apa kata orangkalau mereka melihat anak gadis pulang jam 10 malam dengan seorang lelaki?”
“Yah,sudah kujelaskan tadi hujan deras dan mobil juga...” sanggahku.
Belum sempat aku melanjutkan pembicaraanku Ayah langsung menyentakku.
“Sudah cukup ! Kamu ini sudah keterlaluan dan kenapa kamu masih bersama lelaki ini,bukan kah Ayah sudah mengatakan bahwa Ayah tidak setuju kamu bersamanya”
Awal pertemuan Ayah dan Sebastian memang kurang baik. Awalnya aku memperkenalkan Ayah dengan Sebastian. Ayah menyambutya dengan baik namun ketika Ayah tahu bahwa dia adalah asli keturunan Italia dan dibesarkan pula di Italia Ayah meniyakpinya berbdea dari sebelumnya. Sebastian datang ke Indonesia kerena untuk mengerjakan proyek dengan rekan bisnisnya. Sebastian sudah 2 bulan di Indonesia dan kami berteman dengan baik. Kami baru berpacaran 2 minggu. Yang membuat ayah sangat tidak setuju karena dia Katholik. Dan Ayah juga menilai bahwa Sebastian sama dengan para pemuda di luar negeri sana. Yang sering minum-minuman keras,gonta ganti pasangan dan pergaulan bebas lainnya.
“Ayah,ayah sudah salah menilai dia,harusnya ayah kenali dia dulu sebelum ayah menjudge dia sesuka ayah,dia berbeda yah”
“Berbeda bagaimana?buktinya dia sudah membawamu pulang selarut ini, apa itu bedanya?apa itu yang disebut baik?mungkin besok dia membawamu untuk berpesta minuman keras”
“Ayah !” nadaku tertahan dan suaraku sangat berat, aku menangis.
Sebastian yang masih disampingku masih erat menggenggam tanganku.
“Yah,ini bukan salahnya. Salahkan aku jika memang menurut ayah aku salah. Sebenarnya kami memang terjebak hujandan menunggu bus kota yang tak kunjung datang. Di tambah jalanan macet karena banjir”Tutur Sebastian lembut.
“Alah sudahlah ! sekarang kamu jangan datang kesini lagi dan jangan pernah berhubugan denga putriku,kamu sama saja dengan pemuda-pemuda di tempat asalmu”
“Aku tidak seperti itu yah”
“Sudah sudah, kamu juga ga pantas dengan putriku lagi pula nikah beda agama itu hukumnya haram”
“Kami masih dalam proses berpacaran,kalaupun kami menikah nanti aku yang akan masuk Islam”
“Saya tidak percaya,nanti yang ada malah putriku yang jadi korban,Kamu sekarang masuk”ayah menyeretku dan menyruhku masuk.
Sebastian masih dengan ketenangannya juga kekecewannya terhadap Ayah. Tak beberapa lama diapun pergi,hujan masih deras.
Semenjak kejadian itu kami backstreet dan sudah berjalan 5 bulan tanpa sepengetahuan Ayah. Sebastian berjanji akan melunakkan hati Ayah secara perlahan agar bisa menerimanya.Sebenarnya Ayah bukanlah tipe orang yang keras hanya saja dia sangat memgang teguh prinsipnya.



0 komentar:

Posting Komentar