Sabtu, 16 Februari 2013

Cinta Lama itu Masih Ada II

Edit Posted by with No comments
“Nah loh Ben,kita mau kemana nih?”tanyaku.
“Ke mall aja deh, kemarin kan aku ultah dan belum sempat traktir kalian tapi kalian sudah kasih kado buat aku”
“Asik,makan nih?” aku riang sekali, aku emang doyan makan tapi berat badanku tak kunjung bertambah.
“hmmmmm” ben mengangguk.
“Bagus deh,aku juga mau beli baju” Gilang menyetujuinya. Di susul dengan Farhan dan Aldi, mereka ingin membeli beberapa barang yang  mereka butuhkan.
“Oke,fix nih ke mall ya. oh kaki ku bisa kram” keluhku.
Semua tertawa,melihat aku mengeluh dengan mulut di manyunkan.
“Nyantai aja kali,kan ada Gilang yang siap gendong kamu toh cintanya buat kamu ga pernah hilang” Ucapan Aldi seakan tidak meledekku,dia serius mengatakannya. Bahkan mulut Arya pun tak berucap,Farhan yang sedang asyik mengikuti alunan lagu yang di putarnya pun ikut berhenti dan melirik pada kami (aku dan gilang). Begitu pula Ben yang menyempatkan melirikku dari kaca di depannya. Dan aku? aku diam dengan wajah tanpa ekspresi walaupun nyatanya ucapan itu seakan pukulan bagiku.
Semua terdiam,untuk beberapa detik suasana hening sekali kemudian di buyarkan dengan suara Arya
“Ngantuk ah,hoaaammm”
Semua sibuk masing masing. Aldi dan Arya mulai tertidur,Farhan pun sama. Sedangkan Ben tetap fokus menyetir. Alunan musik masih terdengar di keheningan dalam mobil.  Aku dan Gilang masih sibuk melihat ke luar jendela mobil. Mungkin dia melihat kendaraan yang berlalu lalang atau sedang memperhatikan sesuatu yang lain di luar sana. Atau mungkinkah dia juga sedang memikirkanku,mengingat kebersamaan kita dulu,mengulang kenangan kita dulu? Entahlah.
Aku mencoba melirik ke arahnya,bukan melirik tepatnya aku menengokkan kepalaku ke arahnya dan itu membuatnya sadar kalau aku sedang memperhatikannya. Dia tersenyum,matanya teduh sekali saat menatapku.

Benarkah cinta itu masih ada?berapa lama kamu masih menyimpan rasa itu?apakah itu menyiksamu?mengapa kamu tak pernah mengatakan apapun tentang cinta?masihkan kau mau kembali seperti dulu?

“Hei,Udah lama banget ya ga ketemu” Gilang berkata seakan ucapan Ben tak pernah dia dengar dan saat itu aku masih lekat memandangnya.
“eh.. heheh iya lama banget” jawabku dengan kaku.
“kamu masih sama dia? Rifan?”
“Oh,ga lang. Aku udah putus kali sama dia”
“Loh kenapa?bukannya kalian sudah lama pacaran?berahun-tahun malah” Pertanyaannya membuatku mengingat Rifan kembali. Menyakitkan bukan? Menjalin  hubungan betahun-tahun dengan jarak  berkilo-kilo meter Bandung-Surabaya namun semua sia-sia. Ketika keluarganya sudah mengenalku begitu pula keluargaku. Semua berakhir hanya karena kesalahan yang menurutku sudah tak pantas untuk di perbaiki. Berkali-kali dia mengkhianatiku,bermain cinta dengan beberapa wanita,selingkuh. Di dunia ini tidak ada yang mau di duakan dan tidak mau cintanya di bagi,sangat menyakitakan apalagi untuk seorang wanita yang perasaannya jauh lebih peka daripada lelaki. Sudah beberapa kali aku memaafkannya dan tetap bertahan dengannya setelah dia berselingkuh dengan wanita lain namun untuk kali ini aku tak bisa lagi,aku harus benar-benar pergi darinya meski aku sadar meninggalkannya bukanlah hal yang mudah untukku.

Aku merasa sakit ketika aku harus mengingat kejadian saat dia bersama wanita lain dan membayangkan dia saat bersama wanita itu,percayalah bahwa itu sangat menyakitkan. Aku harus menjalin hubungan dengannya bertahun-tahun namun aku terus merasa sakit saat teringat kesalahannya sedangkan aku tak mampu untuk meninggalkannya. Aku berharap dia berubah dan tidak mengulangnya lagi,berharap dia sadar akan arti hadirku. Tapi takdir berkata lain,dia tak pernah berubah dan menyakitiku lagi. Mungkin inilah yang namanya tak jodoh. Pacaran bertahun-tahun namun hancur sia-sia seperti itu. Sangat menyakitkan.

Dengan nada rendah sambil tertunduk aku menjawab pertanyaan Gilang.
“Kita mungkin sudah tak cocok lang, dan hubungan kita memang sudah tidak bisa di perbaiki. Hanya sebatas teman saja mungkin akan lebih baik” sebenarnya aku ingin menangis saat mengucapkan hal itu namun ada sosok lain di dekatku yang membuatku kuat,kamu Gilang.
Dia menyentuh tanganku dan mendekatiku,menggeser posisi duduknya.
“Aku tau perasaan kamu, aku tau semuanya tanpa menceritakannya,aku hanya mengetes kamu dan kamu memang tak mampu untuk menceritaknnya hanya laki-laki tolol yang menyianyiakan kamu” Dia memelukku, membiarkan aku ada di pundaknya sekarang.
Jantungku berdegup kencang, sepertinya dia juga sama,aku bisa merasakn detak jantungnya. Bukan kesedihan yang aku rasakan sekarang,bukan tentang Rifan tapi cara Gilang memberi kenyamanan padaku ya cara dia memelukku. Masih sama seperti dulu, saat kita bertengkar,saat aku gelisah dia selalu menenangkanku dengan caranya,ya seperti sekarang ini.
Apa lagi yang Tuhan rencanakan sekarang. Kalau saja dulu aku mau menjalin hubungan jarak jauh dengannya,mungkin kita masih bersama sampai sekarang.
*********
Aku berangkat ke sekolah pukul 06.50,rumahku tak terlalu jauh dengan sekolah SMP ku. Hari ini tidak terlau terburu-buru untuk berangkat ke sekolah toh sekarang ada turnamen basket antar sekolah dan di adakan di SMP ku. Acaranya mulai pukul 08.00 pagi tapi sudah banyak sekali yang datang, katanya sih pemain basket dari sekolah lain cakep-cakep,pantas saja banyak sekali cewe-cewe yang sudah siap berkumpul dan menduduki tempat yang strategis agar bisa menarik perhatian semua orang terutama para pemain basketnya.
“ini bocah kemana aja sih, bukannya bantuin kita siap-siap malah nyantai banget berangkatnya” Ben memarahiku gara-gara aku telat,janjinya jam setengah 7 sudah di sekolah tapi aku malah sengaja datang terlambat.
“Tuh teman-teman yang lain lagi beli konsumsi,mending kamu ambil bola basket di ruang olahraga deh” Farhan menyuruhku. Sebenarnya malas sekali hari ini untuk pergi ke sekolah tapi apa boleh buat,aku juga tim basket dari SMP tuan rumah masa tidak hadir meski sekedar untuk menyemangati mereka. Aku tak melihat Gilang dan Arya,kemana mereka.
Bola basket sudah siap,semua tim sudah berada di posisi masing-masing.dan pertandingan pertama di mulai,sebenarnya ini adalah akhir dari turnamen basket.  Tim basket  dari SMP kami masuk final melawan SMP dari kecamatan lain. Ada Farhan,Ben,Aldi,Arya dan Gilang. Arya? Gilang? Kemana saja mereka,baru nongol dan tidak mengikuti latihan dulu. Dan membawa karton?untuk apa mereka membawa karton-karton itu?.
Farhan sebagai kapten sangat lihai memainkan bola basket, Gilang yang sudah beberapa kali memasukkan bola pada ring membuat tim kita unggul. Dan akhirnya SMP kami yang memenangkan hadiah sebesar 1 juta dengan sertifikat dan juga pialanya.  Saat semua siap untuk meninggalkan lapang tiba-tiba.....
“Buat semua teman-teman,bisa minta waktunya? Ada yang ingin aku tunjukkan pada kalian semua dan tolong partisipasinya. Dan buat Lesta tolong maju ke depan?”
Hah namaku di sebut?ada apa ini?aku kenal suara itu. Dan semua siswa langsung ribut. Aku yang sudah siap pergi menuju bestcamp kembali membalikkan badan. Dan melihat  5 orang di depanku sedang membelakangiku dan masing-masing dari mereka membawa karton dengan ukuran sekitar 30x30 cm,karton yang tadi di bawa Arya dan Gilang,entah apa yang mereka pegang.
Setelah menenangkan semua siswa dan berhasil menarik perhatian Gilang berlari ke tengah lapang membawa microphone, ya suara itu milik Gilang. Gilang berlari ke tengah lapang dan ikut memegang karton putih itu,di dalamnya ada tulisan tapi entah apa. Lalu apa hubungannya denganku? Mengapa Gilang memanggilku untuk lebih dekat ke tengah lapang.
 Dan mereka membalikkan badan. Di mulai dari Arya yang membuka karton berisi huruf “I”,di lanjut dengan Farhan dengan “”,kemudian Ben dengan “you (U)”,lalu Aldi dengan emoticon smile “:)”dan terakhir dengan “?”oleh Gilang.
“I LOVE YOU LESTA :) ?” Gilang mengucapkan kata perkatanya dengan lembut dan sangat jelas, semua siswa memperhatikannya dan para guru juga. Mukaku seketika langsung memerah menahan rasa malu namun bahagia. Aku sangat bahagia,ini kejutan luar biasa dan aku tak pernah menyangka kalau Gilang memiliki rasa yang sama aku rasakan,aku pikir sebaiknya aku tak mengatakan perasaanku ini karena akan merusak persahabatan kita namun apa yang terjadi? Ternyata Gilang memiliki rasa yang sama dan mengungkapkannya di depan semua orang.
“Aku jatuh cinta sama kamu ta dan itu udah lama,mungkin ini waktu yang tepat buat ungkapin semuanya” Dia berjalan mendekatiku dan menarik pelan tanganku ke tengah lapang. Aku menurut dan aku masih dengan senyumku yang sudah mengembang sejak tadi.
“Kalau kamu terima aku kamu bisa ambil bunga mawar ini tapi kalau kamu tolak aku kamu bisa menjabat tangan kiriku dan semua terserah padamu,apapun pilihanmu kamu harus ingat bahwa kita tetap sahabat” dia menatapku tajam dan meletakkan microphonenya di bawah.
Dia meyodorkan kedua tangannya,tangan kanan membawa setangkai bunga mawar merah dan tangan kiri  dengan membukakan telapak tangannya tanda siap untuk berjabat tangan.
Di otakku saat itu hanya satu kalimat yang aku pikirkan dan aku berkata “Aku juga cinta kamu lang” dia tidak mendengar atau pura-pura tak mendengar?
Oke aku mengerti maksudnya,aku ambil bunga itu dan dengan serentak suara seluruh siswa dan guru berteriak beriringan dengan  tepuk tangan. Gilang tersenyum padaku dan mengelus lembut kepalaku.
“Bodoh” katanya, dia langsung memelukku .
**********
Bisakah kita mengulang kembali saat pertama kali kamu mengungkapkan cinta itu? Saat itu statusku hanya seorang adik kelasnya, namun ketika hari kelulusan itu terjadi semua berubah seketika. Mungkin untuk gadis yang berumur 13 tahun tidak mengerti arti pengorbanan cinta tapi untuk gadis yang berumur 20 tahun akan mengerti,sekarang aku mengerti kenapa kamu berusaha mempertahankan hubungan kita.

 Aku memutuskan dia saat aku mengetahui bahwa dia akan melanjutkan SMA nya di Yogyakarta tepat di hari kelulusannya. Dia mati-matian menjelaskan padaku kenapa harus di Yogja dan dia juga berusaha meyakinkanku bahwa hubungan jarak jauh tidak menghalangi cinta kita. Tapi aku terlalu childish dan egois sehingga semua berakhir.
“Aku pikir kamu bisa menerima hal sepele ini,aku tetap tinggal disini tapi hanya sekolahku yang disana, untuk 3 tahun saja kamu menungguku apa tak bisa? Hubungan kita sudah berjalan 1 tahun,apa segitu saja?mungkin kamu akan mengerti nanti dan kamu akan menyadarinya nanti” itu ucapan terakhirnya,kemudian selama  5 tahun kami tak pernah bertemu,bahkan di jejaring sosial pun meski saling berteman dan saling tahu tak ada ucapan apapun hanya bisa diam-diam ngestalk profilnya.

Bersambung.......

0 komentar:

Posting Komentar