“Nah loh
Ben,kita mau kemana nih?”tanyaku.
“Ke mall aja
deh, kemarin kan aku ultah dan belum sempat traktir kalian tapi kalian sudah
kasih kado buat aku”
“Asik,makan
nih?” aku riang sekali, aku emang doyan makan tapi berat badanku tak kunjung
bertambah.
“hmmmmm” ben
mengangguk.
“Bagus
deh,aku juga mau beli baju” Gilang menyetujuinya. Di susul dengan Farhan dan
Aldi, mereka ingin membeli beberapa barang yang
mereka butuhkan.
“Oke,fix nih
ke mall ya. oh kaki ku bisa kram” keluhku.
Semua
tertawa,melihat aku mengeluh dengan mulut di manyunkan.
“Nyantai aja
kali,kan ada Gilang yang siap gendong kamu toh cintanya buat kamu ga pernah
hilang” Ucapan Aldi seakan tidak meledekku,dia serius mengatakannya. Bahkan
mulut Arya pun tak berucap,Farhan yang sedang asyik mengikuti alunan lagu yang
di putarnya pun ikut berhenti dan melirik pada kami (aku dan gilang). Begitu
pula Ben yang menyempatkan melirikku dari kaca di depannya. Dan aku? aku diam
dengan wajah tanpa ekspresi walaupun nyatanya ucapan itu seakan pukulan bagiku.
Semua
terdiam,untuk beberapa detik suasana hening sekali kemudian di buyarkan dengan
suara Arya
“Ngantuk
ah,hoaaammm”
Semua sibuk
masing masing. Aldi dan Arya mulai tertidur,Farhan pun sama. Sedangkan Ben
tetap fokus menyetir. Alunan musik masih terdengar di keheningan dalam
mobil. Aku dan Gilang masih sibuk
melihat ke luar jendela mobil. Mungkin dia melihat kendaraan yang berlalu
lalang atau sedang memperhatikan sesuatu yang lain di luar sana. Atau
mungkinkah dia juga sedang memikirkanku,mengingat kebersamaan kita
dulu,mengulang kenangan kita dulu? Entahlah.
Aku mencoba
melirik ke arahnya,bukan melirik tepatnya aku menengokkan kepalaku ke arahnya
dan itu membuatnya sadar kalau aku sedang memperhatikannya. Dia
tersenyum,matanya teduh sekali saat menatapku.
Benarkah cinta itu masih ada?berapa lama kamu masih menyimpan rasa
itu?apakah itu menyiksamu?mengapa kamu tak pernah mengatakan apapun tentang
cinta?masihkan kau mau kembali seperti dulu?
“Hei,Udah
lama banget ya ga ketemu” Gilang berkata seakan ucapan Ben tak pernah dia
dengar dan saat itu aku masih lekat memandangnya.
“eh.. heheh
iya lama banget” jawabku dengan kaku.
“kamu masih
sama dia? Rifan?”
“Oh,ga lang.
Aku udah putus kali sama dia”
“Loh
kenapa?bukannya kalian sudah lama pacaran?berahun-tahun malah” Pertanyaannya
membuatku mengingat Rifan kembali. Menyakitkan bukan? Menjalin hubungan betahun-tahun dengan jarak berkilo-kilo meter Bandung-Surabaya namun
semua sia-sia. Ketika keluarganya sudah mengenalku begitu pula keluargaku.
Semua berakhir hanya karena kesalahan yang menurutku sudah tak pantas untuk di
perbaiki. Berkali-kali dia mengkhianatiku,bermain cinta dengan beberapa wanita,selingkuh.
Di dunia ini tidak ada yang mau di duakan dan tidak mau cintanya di bagi,sangat
menyakitakan apalagi untuk seorang wanita yang perasaannya jauh lebih peka
daripada lelaki. Sudah beberapa kali aku memaafkannya dan tetap bertahan
dengannya setelah dia berselingkuh dengan wanita lain namun untuk kali ini aku
tak bisa lagi,aku harus benar-benar pergi darinya meski aku sadar
meninggalkannya bukanlah hal yang mudah untukku.
Aku merasa sakit ketika aku harus mengingat kejadian saat dia
bersama wanita lain dan membayangkan dia saat bersama wanita itu,percayalah
bahwa itu sangat menyakitkan. Aku harus menjalin hubungan dengannya
bertahun-tahun namun aku terus merasa sakit saat teringat kesalahannya sedangkan
aku tak mampu untuk meninggalkannya. Aku berharap dia berubah dan tidak
mengulangnya lagi,berharap dia sadar akan arti hadirku. Tapi takdir berkata
lain,dia tak pernah berubah dan menyakitiku lagi. Mungkin inilah yang namanya
tak jodoh. Pacaran bertahun-tahun namun hancur sia-sia seperti itu. Sangat
menyakitkan.
Dengan nada
rendah sambil tertunduk aku menjawab pertanyaan Gilang.
“Kita mungkin
sudah tak cocok lang, dan hubungan kita memang sudah tidak bisa di perbaiki.
Hanya sebatas teman saja mungkin akan lebih baik” sebenarnya aku ingin menangis
saat mengucapkan hal itu namun ada sosok lain di dekatku yang membuatku kuat,kamu
Gilang.
Dia menyentuh
tanganku dan mendekatiku,menggeser posisi duduknya.
“Aku tau
perasaan kamu, aku tau semuanya tanpa menceritakannya,aku hanya mengetes kamu
dan kamu memang tak mampu untuk menceritaknnya hanya laki-laki tolol yang
menyianyiakan kamu” Dia memelukku, membiarkan aku ada di pundaknya sekarang.
Jantungku
berdegup kencang, sepertinya dia juga sama,aku bisa merasakn detak jantungnya.
Bukan kesedihan yang aku rasakan sekarang,bukan tentang Rifan tapi cara Gilang
memberi kenyamanan padaku ya cara dia memelukku. Masih sama seperti dulu, saat
kita bertengkar,saat aku gelisah dia selalu menenangkanku dengan caranya,ya
seperti sekarang ini.
Apa lagi yang
Tuhan rencanakan sekarang. Kalau saja dulu aku mau menjalin hubungan jarak jauh
dengannya,mungkin kita masih bersama sampai sekarang.
*********
Aku berangkat
ke sekolah pukul 06.50,rumahku tak terlalu jauh dengan sekolah SMP ku. Hari ini
tidak terlau terburu-buru untuk berangkat ke sekolah toh sekarang ada turnamen
basket antar sekolah dan di adakan di SMP ku. Acaranya mulai pukul 08.00 pagi
tapi sudah banyak sekali yang datang, katanya sih pemain basket dari sekolah
lain cakep-cakep,pantas saja banyak sekali cewe-cewe yang sudah siap berkumpul dan
menduduki tempat yang strategis agar bisa menarik perhatian semua orang
terutama para pemain basketnya.
“ini bocah kemana
aja sih, bukannya bantuin kita siap-siap malah nyantai banget berangkatnya” Ben
memarahiku gara-gara aku telat,janjinya jam setengah 7 sudah di sekolah tapi
aku malah sengaja datang terlambat.
“Tuh
teman-teman yang lain lagi beli konsumsi,mending kamu ambil bola basket di
ruang olahraga deh” Farhan menyuruhku. Sebenarnya malas sekali hari ini untuk
pergi ke sekolah tapi apa boleh buat,aku juga tim basket dari SMP tuan rumah
masa tidak hadir meski sekedar untuk menyemangati mereka. Aku tak melihat
Gilang dan Arya,kemana mereka.
Bola basket
sudah siap,semua tim sudah berada di posisi masing-masing.dan pertandingan
pertama di mulai,sebenarnya ini adalah akhir dari turnamen basket. Tim basket
dari SMP kami masuk final melawan SMP dari kecamatan lain. Ada Farhan,Ben,Aldi,Arya
dan Gilang. Arya? Gilang? Kemana saja mereka,baru nongol dan tidak mengikuti
latihan dulu. Dan membawa karton?untuk apa mereka membawa karton-karton itu?.
Farhan
sebagai kapten sangat lihai memainkan bola basket, Gilang yang sudah beberapa
kali memasukkan bola pada ring membuat tim kita unggul. Dan akhirnya SMP kami
yang memenangkan hadiah sebesar 1 juta dengan sertifikat dan juga
pialanya. Saat semua siap untuk
meninggalkan lapang tiba-tiba.....
“Buat semua teman-teman,bisa
minta waktunya? Ada yang ingin aku tunjukkan pada kalian semua dan tolong
partisipasinya. Dan buat Lesta tolong maju ke depan?”
Hah namaku di
sebut?ada apa ini?aku kenal suara itu. Dan semua siswa langsung ribut. Aku yang
sudah siap pergi menuju bestcamp kembali membalikkan badan. Dan melihat 5 orang di depanku sedang membelakangiku dan
masing-masing dari mereka membawa karton dengan ukuran sekitar 30x30 cm,karton
yang tadi di bawa Arya dan Gilang,entah apa yang mereka pegang.
Setelah
menenangkan semua siswa dan berhasil menarik perhatian Gilang berlari ke tengah
lapang membawa microphone, ya suara itu milik Gilang. Gilang berlari ke tengah
lapang dan ikut memegang karton putih itu,di dalamnya ada tulisan tapi entah
apa. Lalu apa hubungannya denganku? Mengapa Gilang memanggilku untuk lebih dekat
ke tengah lapang.
Dan mereka membalikkan badan. Di mulai dari
Arya yang membuka karton berisi huruf “I”,di lanjut dengan Farhan dengan “♥”,kemudian Ben dengan “you (U)”,lalu Aldi dengan emoticon smile “:)”dan terakhir dengan “?”oleh Gilang.
“I LOVE YOU LESTA :) ?” Gilang
mengucapkan kata perkatanya dengan lembut dan sangat jelas, semua siswa
memperhatikannya dan para guru juga. Mukaku seketika langsung memerah menahan
rasa malu namun bahagia. Aku sangat bahagia,ini kejutan luar biasa dan aku tak
pernah menyangka kalau Gilang memiliki rasa yang sama aku rasakan,aku pikir
sebaiknya aku tak mengatakan perasaanku ini karena akan merusak persahabatan
kita namun apa yang terjadi? Ternyata Gilang memiliki rasa yang sama dan
mengungkapkannya di depan semua orang.
“Aku jatuh
cinta sama kamu ta dan itu udah lama,mungkin ini waktu yang tepat buat ungkapin
semuanya” Dia berjalan mendekatiku dan menarik pelan tanganku ke tengah lapang.
Aku menurut dan aku masih dengan senyumku yang sudah mengembang sejak tadi.
“Kalau kamu
terima aku kamu bisa ambil bunga mawar ini tapi kalau kamu tolak aku kamu bisa
menjabat tangan kiriku dan semua terserah padamu,apapun pilihanmu kamu harus
ingat bahwa kita tetap sahabat” dia menatapku tajam dan meletakkan microphonenya
di bawah.
Dia meyodorkan
kedua tangannya,tangan kanan membawa setangkai bunga mawar merah dan tangan
kiri dengan membukakan telapak tangannya
tanda siap untuk berjabat tangan.
Di otakku
saat itu hanya satu kalimat yang aku pikirkan dan aku berkata “Aku juga cinta
kamu lang” dia tidak mendengar atau pura-pura tak mendengar?
Oke aku mengerti
maksudnya,aku ambil bunga itu dan dengan serentak suara seluruh siswa dan guru
berteriak beriringan dengan tepuk tangan.
Gilang tersenyum padaku dan mengelus lembut kepalaku.
“Bodoh”
katanya, dia langsung memelukku .
**********
Bisakah kita mengulang kembali saat pertama kali kamu mengungkapkan
cinta itu? Saat itu statusku hanya seorang adik kelasnya, namun ketika hari
kelulusan itu terjadi semua berubah seketika. Mungkin untuk gadis yang berumur
13 tahun tidak mengerti arti pengorbanan cinta tapi untuk gadis yang berumur 20
tahun akan mengerti,sekarang aku mengerti kenapa kamu berusaha mempertahankan
hubungan kita.
Aku memutuskan dia saat aku mengetahui bahwa
dia akan melanjutkan SMA nya di Yogyakarta tepat di hari kelulusannya. Dia
mati-matian menjelaskan padaku kenapa harus di Yogja dan dia juga berusaha
meyakinkanku bahwa hubungan jarak jauh tidak menghalangi cinta kita. Tapi aku
terlalu childish dan egois sehingga semua berakhir.
“Aku pikir
kamu bisa menerima hal sepele ini,aku tetap tinggal disini tapi hanya sekolahku
yang disana, untuk 3 tahun saja kamu menungguku apa tak bisa? Hubungan kita
sudah berjalan 1 tahun,apa segitu saja?mungkin kamu akan mengerti nanti dan
kamu akan menyadarinya nanti” itu ucapan terakhirnya,kemudian selama 5 tahun kami tak pernah bertemu,bahkan di
jejaring sosial pun meski saling berteman dan saling tahu tak ada ucapan apapun
hanya bisa diam-diam ngestalk profilnya.
Bersambung.......