Longdistance Relationship ya? Hubungan yang hebat
bukan? Dimana ada sepasang kekasih yang bermusuhan dengan waktu. Waktu yang
memisahkan mereka,dan demi bertahannya hubungan itu aku harus melawan waktu
setiap detiknya. Menahan rasa rindu ingin jumpa juga menahan siksa batin karena
kerinduan itu.
Siang itu aku diam-diam menyelinap keluar dari rumah
sakit, memar bekas suntikan di lenganku masih terlihat. Aku pergi menuju
terminal di Bandung, dan aku langsung mencari bus arah Cirebon,seketika mataku
langsung tertuju pada bus warna merah di pojok selatan. Akupun langsung
menempati tempat duduk yang menurutku nyaman,kebetulan masih ada yang kosong.
Di sepanjang perjalanan aku terus berdoa agar aku
tetap baik-baik saja dan segera sampai ke Cirebon. Melupakan resiko yang akan
terjadi akibat ulahku ini,pergi dari rumah sakit diam-diam di saat kondisi tubuh sedang
tidak bersahabat dan menuju ke suatu rumah yang dari malam sudah
kupikirkan bahwa rumah itulah tujuanku.
5 jam kemudian aku sampai di depan rumah itu.
Seseorang yang pertama kulihat adalah dia, dia memakai baju belang-belang itu sedang
duduk dengan kekhawatirannya. Rupanya dia sibuk menghubungi ponselku yang tidak
aku respon. Aku ingin membuat kejutan untuknya tapi dia sudah tahu kalau aku
akan datang pada nya,adikku memebritahu akan kepergianku. Dia sempat
marah-marah dengan tindakanku yang nekat itu namun beberpa saat kemudian
hatinya lunak lagi. Ibunya pun sangat mengkhawatirkanku. Mendengar dia sakit
rasanya ingin sekali saat itu juga ada di sampingya namun hanya gara-gara jarak
dan keadaanku ini aku tak bisa memperhatikannya dengan benar. Aku merindukannya dan aku khawatir
mendengar dia jatuh sakit.
“Sana tidur,katanya mau tidur? Sakit ya?” dia
membuka pembicaraan sambil mengelus kepalaku. Saat itu aku sudah masuk ke kamar.
Aku menginap di rumanya dan rumah inilah tujuanku. Ibunya sudah akrab denganku,
hubungan kita yang sudah berjalan selama 3 tahun membuat Ibunya mengerti akan
posisiku. Ibu menerimaku dan dia sangat menyayangiku.
“ga ah” jawabku simpel, masih takut jika dia
marah-marah gara-gara aku nekat kesini.
Diapun pergi dan menonton TV.
Ibunya menawariku makan, sebenarnya sudah aku tolak
tapi Ibu memaksa,its oke itu bentuk kasih sayang Ibu yang susah aku tolak. Aku menikmati
makanan itu bersama dia,Ibu pun ikut makan bersama kita. Selesai makan kami
semua menonton TV. Sepertinya suasana sudah mulai tenang, dan Ibu juga sudah
tidak cerewet menyeramahiku seperti ini “neng
tuh kan lagi sakit, kenapa kabur. Cepat sekarang hubungi mamah atau dokternya,
pasti mereka khawatir. Ntar neng di marahin sama dokternya” berkali-kali
ibu bilang seperti itu.
Ibu sudah ter tidur di ruang TV,sedangkan aku dan
dia mulai menikmati rasa rindu yang sudah menumpuk, sambil mendengarkan lagu
One More Night dari Maroon 5 . Dia mencium
keningku dan berbisik “Aku sayang kamu”. Lirih suaranya membuatku semakin erat
memeluknya dan ku balas “Aku juga sayang kamu”.
Tak lama Ibu pun pergi kekamar dan tidak lupa
memberiku beberapa obat yang harus aku minum agar sakitku ini tidak kumat. Masih
saja mengkhawatirkanku.
Aku dan Dia tentunya belum ingin memejamkan mata,
kita menonton TV dan tentunya dia yang menguasai acara TV nya. Bukan acaranya
yang ingin aku nikmati tetapi tiap detik yang aku habiskan dengannya yang
ingin ku nikmati. Aku masih memeluknya erat. Sepertinya rasa rindu ini tidak
pernah surut.
Perutku kelaparan lagi, nasi yang tadi aku makan
masih kurang untuk perutku. Kuputuskan untuk makan kembali,untunglah masih ada
sisa makanan.
“Aku lapar,mau makan lagi ya hehe” bisikku jail
padanya.
“Lapar lagi? Ya udah tuh di meja ambil aja”
Saat aku sedang menikmati makanan itu tiba-tiba saja
dia melihatku dan tersenyum lembut. Senyumannya sangat tulus dan dari sorot
matanya penuh rasa sayang, baru kali ini
aku melihat senyuman itu setelah beberapa tahun tak pernah ku dapatkan senyum
itu lagi dan kini aku mendapatkannya lagi.
Sebenarnya aku malu akan caranya melihatku tapi
sungguh aku bahagia sekali.
Bersambung.....
0 komentar:
Posting Komentar