Jumat, 25 Oktober 2013

Edit Posted by with No comments
FOTO JURNALISTIK

 Foto1
  • Caption : HUT Jatinangor yang ke 14,Karantaruna tiap desa membawakan lagu-lagu sunda.
  • 5W + 1H
    • What : HUT Jatinangor
    • Why : Para pemuda Jatinangor penuh kreasi
    • Who : Pemuda Jatinangor
    • When : 16 April 2013
    • Where : Jatinangor
    • How : Nilai nilai kesundaan masih di junjung tinggi oleh masayaraktJatinangor termasuk para pemudanya.
  •  pengambilan gambar dengan normal angle dan long shoot.
 Foto2
  • Caption : Meet and greet Airlangga dan Cecep pemain Persib sebagai bintang tamu HUT Jatos
  • 5W + 1H
    • What : Meet and Greet Airlangga dan Cecep pemain Persib
    • Why : Jatos mengundang Pemain persib sebagai bintang tamu untuk memperingati HUT Jatos (Jatinangor Town Square)
    • Who : Airlangga dan Cecep
    • When : 30 September 2013
    • Where : Jatinangor   
  • Pengambilan gambar dengan normal angle dan long shoot

Foto3
  • Caption : Harga daging ayam melonjak naik menjelang idul adha
  • 5W + 1 H
    • What : Harga daging melonjak
    • Why : Menjelang perayaan idul adha daging ayam di pasaran melonjak padahal sebelumnya harga standar 28 rb
    • Who : Penjual
    • When : 13 Oktober 2013
    • Where : Pasar Cileunyi
    • How : Melonjaknya harga daging ayam berbanding terbalik dengan harga daging sapi. sebelum menjelang idul adha harga daging ayam seharga 28 rb dan ketika akan menjelang idul adha seharga 30 ribu keatas.
  • F/n : 9,0    SS : 1/125   ISO : 800
  • pengambilan gambar dengan normal angle dan full shoot 
 Foto4
  • Caption : Mahasiswa Unpad demo kenaikan BBM september 2103
  • 5W + 1H
    • What : Kenaikan BBM ditolak mahasiswa
    • Why :  mahasiswa Unpad melakukan aksi demo
    • Who : Mahasiswa Unpad
    • When : September 2013
    • Where : Kampus Unpad Jatinangor
    • How : Mahasiswa mnolak kenaikan BBM dan mereka melkukan demo di depan kampus dengan mencoret baliho yang bergambar presiden SBY
  • Pengambilan gambar dengan normal angle dan full shoot
 
Foto5
  • Caption : Seorang satpam sedang keliling mengawasi keadaan jatos
  • Pengambilan gambar dengan full shoot dan normal angle
  • F/n : 5,6  SS : 1/100 ISO 3200
 

Kamis, 09 Mei 2013

Menahan Rindu

Edit Posted by with No comments
Menahan Rindu
...Jikateringat tentang dikau jauh di mata dekat dihati...
Kamu tahu, penggalan lagu itu yang selalu terngiang di telingaku. Tentang raga yang terpaut jauh, sementara cinta berada pada satu hati. Aku bersyukur, jauhmu malah mendekatkan hati kita. Aku dan kamu sama-sama mengecapnya.
Hai kamu yang tak bisa ku perhatikan diam diam, apa kabarmu di sana?Apakah sama indahnya denganku.Tak usah kamu pedulikan tentang status kita. LDR mereka sebut. Katakan saja mereka iri melihat hubungan kita yang sudah terjalin sekian tahun meski jarak memisahkan.
Hmmmm... apakah pertemuan sangat membenci kita sampai-sampai dia tak memberi kita celah? Ah, sudahlah aku yakin waktu bisa bersahabat dengan manusia agar kita tetap bersabar. Untuk saat ini kita hanya perlu membiarkan rasa rindu itu mengalir. Jangan sampai kamu melawannya, sebab itu bisa menjadi boomerang untukmu, untuk kita. Jadi biarkanlah dia mengalir, dari hulu ke hilir. Lalu siapkan diri kita untuk bermuara pada laut lepas. Pada cinta yang luas....
Hubungan kita rentan sekali bukan? Aku dan kamu, hanya memiliki penyambung bernama ‘percaya’. Kamu jauh dari kotaku,entah seperti apa rupa kotamu disana. Aku dengar,disana kamu digilai banyak perempuan. Ah, awas saja kalau kamu bermain di belakangku.
Kata orang,hubungan jarak jauh tak akan berjalan lancar dan selalu berakhir dengan kata ‘putus’. Bagiku,itu hanya cerita horor yang hanya akan menciutkan nyaliku. Faktanya aku dan kamu bisa bertahan sampai sekarang. Anggap saja sedikit cek-cok itu pewarna untuk hubungan kita. Sesederhana itu.
Kita sedang berjalan pada jalan yang tak tampak, namun bertujuan. Abstrak, namun kita bisa merasakannya, bukan? Ya, sesuatu yang abstrak  itu bernama cinta. Kita tak melihatnya, namun hati kita merasakan.
Aku tak pernah menyalahkan rasa atas situasi ini, apalagi aku memaki jarak karena telah menciptakan sekat di antara kita. Sungguh.
Kita sudah mengetahui resiko ini ketika kita mulai berkomitmen; menahan rindu. Kita hanya perluberkomunikasi,saling percaya dan tentu kesabaran. Aku harap kamu tidak menyia-nyiakan kepercayaanku.
Aku sering menciptakan praduga buruk tentangmu. Mungkinkah saat ini kamu sedang asyik mengobrol dengan perempuan lain. Ah, terlalu banyak prasangka yang kucipta. Pada akhirnya kembali kutepis semua itu. Maafkan aku yang telah meragu....
Untuk temu yang selalu kunanti, bersediakah kamu menjaga setiamu untukku? Kamu tak perlu khawatir, akupun demikian. Kita jaga setia kita, untuk satu tujuan yang sudah dipersiapkan Tuhan bernama pernikahan.


Oleh; Anis Honesty
Disunting kembali oleh; Dion Sagirang

Jumat, 29 Maret 2013

Dia tak Seperti yang Ayah Pikir,Dia Beda !

Edit Posted by with No comments
Hari ini hujan turun begitu deras,  sedangkan aku masih terjebak di tempat ini. Ayah yang berkali-kali meneleponku rupanya sangat khawatir padaku dan berkali-kali memarahiku di telepon. Memang salahku pergi ke toko buku pukul 4 sore, aku pikir aku hanya akan membeli beberapa buku saja dan langsung pulang namun ternyata aku justru tergiur untuk membaca novel yang baru ku beli di kafe samping toko buku dengan menikmati  secankir kopi. Tak sadar hujan tiba-tiba turun begitu deras dan membuatku terhenyak karena waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore.
“Ayah bisa memarahiku, aduh gimana dong” keluhku pada Sebastian. Dia yang selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Dia lelaki yang tak pernah bosan medengar ocehanku. Menurutku dia lelaki yang sempurna untukku. Dia kekasihku. Hari ini Sebastian terpaksa tidak membawa mobilnya karena aku lebih ingin naik angkutan umum.
“Santai sayang,semua akan baik-baik  saja I was always there beside you” jawabnya.
“Iya tapi ayah pasti marah gara-gara aku pulang lewat dari jam 6” keluhku lagi.
Sebastian hanya menanggapinya dengan senyuman dan memegang jemariku.
Pukul 19.30 hujan belum juga reda dan belum ada bus kota yang lewat.  Aku melirik ke arah Sebastian,dia masih santai dan tidak ada ketegangan diwajahnya. Akhirnya bus kota datang,dan sudah penuh terisi penumpang. Terpaksa aku dan Sebastian berdiri. Inilah indonesia. Bus duah penuh dan berdesakkanpun masih saja memasukkan para penumpang. Terlalu memaksakan.
Sebastian memaksa untuk mengantrkanku pulang sampai rumahku,bahkan dia tidak peduli dengan Ayahku. Dia berkata bahwa dia akan menghadapinya.
Sesampainya di rumah,aku melihat ayah di depan pintu,dia terlihat sangat cemas. Namun wajah cemasnya hilang begitu saja ketika Ayah melihat Sebastian ada di sampingku.
“Jadi sekarang kelakuan kamu begini !” Ayah melototiku.
“Kamu ini wanita,apa kata orangkalau mereka melihat anak gadis pulang jam 10 malam dengan seorang lelaki?”
“Yah,sudah kujelaskan tadi hujan deras dan mobil juga...” sanggahku.
Belum sempat aku melanjutkan pembicaraanku Ayah langsung menyentakku.
“Sudah cukup ! Kamu ini sudah keterlaluan dan kenapa kamu masih bersama lelaki ini,bukan kah Ayah sudah mengatakan bahwa Ayah tidak setuju kamu bersamanya”
Awal pertemuan Ayah dan Sebastian memang kurang baik. Awalnya aku memperkenalkan Ayah dengan Sebastian. Ayah menyambutya dengan baik namun ketika Ayah tahu bahwa dia adalah asli keturunan Italia dan dibesarkan pula di Italia Ayah meniyakpinya berbdea dari sebelumnya. Sebastian datang ke Indonesia kerena untuk mengerjakan proyek dengan rekan bisnisnya. Sebastian sudah 2 bulan di Indonesia dan kami berteman dengan baik. Kami baru berpacaran 2 minggu. Yang membuat ayah sangat tidak setuju karena dia Katholik. Dan Ayah juga menilai bahwa Sebastian sama dengan para pemuda di luar negeri sana. Yang sering minum-minuman keras,gonta ganti pasangan dan pergaulan bebas lainnya.
“Ayah,ayah sudah salah menilai dia,harusnya ayah kenali dia dulu sebelum ayah menjudge dia sesuka ayah,dia berbeda yah”
“Berbeda bagaimana?buktinya dia sudah membawamu pulang selarut ini, apa itu bedanya?apa itu yang disebut baik?mungkin besok dia membawamu untuk berpesta minuman keras”
“Ayah !” nadaku tertahan dan suaraku sangat berat, aku menangis.
Sebastian yang masih disampingku masih erat menggenggam tanganku.
“Yah,ini bukan salahnya. Salahkan aku jika memang menurut ayah aku salah. Sebenarnya kami memang terjebak hujandan menunggu bus kota yang tak kunjung datang. Di tambah jalanan macet karena banjir”Tutur Sebastian lembut.
“Alah sudahlah ! sekarang kamu jangan datang kesini lagi dan jangan pernah berhubugan denga putriku,kamu sama saja dengan pemuda-pemuda di tempat asalmu”
“Aku tidak seperti itu yah”
“Sudah sudah, kamu juga ga pantas dengan putriku lagi pula nikah beda agama itu hukumnya haram”
“Kami masih dalam proses berpacaran,kalaupun kami menikah nanti aku yang akan masuk Islam”
“Saya tidak percaya,nanti yang ada malah putriku yang jadi korban,Kamu sekarang masuk”ayah menyeretku dan menyruhku masuk.
Sebastian masih dengan ketenangannya juga kekecewannya terhadap Ayah. Tak beberapa lama diapun pergi,hujan masih deras.
Semenjak kejadian itu kami backstreet dan sudah berjalan 5 bulan tanpa sepengetahuan Ayah. Sebastian berjanji akan melunakkan hati Ayah secara perlahan agar bisa menerimanya.Sebenarnya Ayah bukanlah tipe orang yang keras hanya saja dia sangat memgang teguh prinsipnya.



Rabu, 27 Maret 2013

Bertahan denganmu

Edit Posted by with 2 comments
CERITA FIKSI
 
Kamu seperti pisau tajam yang tiap detik menyayat hatiku. Membuka celah luka yang semakin dalam dan semakin lebar. Aku bisa memafkanmau atas semua kesalahan yang telah terajadi. Bahkan ketika kamu harus membagi hati dengan wanita lain kemudian kamu menyesal,meminta maaf dan kamu tau kan aku tak akan pernah bisa menolak permintaan maaf mu. Mudah buatku memaafkanmu tapi apa kamu tau kata maafmu itu tak bisa menyembuhkan luka di hatiku yang semakin menjalar ke seluruh tubuh dan sewktu-waktu mungkin bisa saja menghentikan detak jantungku.
Semua janjimu dulu terasa begitu meyakinkan namun semakin lama justru membuatku semakin tak yakin, akan semua sikapmu yang kadang membuatku berpikir bahwa kamu memang benar menyayangiku namun tak jarang juga sikapmu membuatku semakin sakit dan semakin tak yakin dan tak percaya dengan semua hal yang kamu berikan. Ucapan sayang dan cintamu terasa palsu di mataku saat ini. Aku yang sungguh menyayangimu harus terpaksa berpura-pura tak ada apa-apa demi menjaga hubungan kita agar baik-baik saja. Kenyataan dibalik itu semua bahwa sebenarnya aku sakit,aku tersiksa,aku menangis,aku lelah. Terbesit keinginan unutuk mengakhiri hubungan ini namun entah kekuatan apa yang membuatku masih bisa bertahan denganmu meski semua kesalahanmu itu tak pantas untuk ku maafkan.
Harusakah aku tetap bertahan denganmu?
Perlu kamu tahu  setiap detik otakku tak pernah berhenti memikirkanmu. Aku sering gelisah,aku sering curiga,mengira-ngira mungkin sat ini ada wanita lain lagi yang sedang bermain-main di hatimu. Pikiran negatif terus menghantuiku. Sekarang apa yang harus ku lakukan? Membalas semua sakit hatiku padamu?berpura-pura kuat di depanmu? Pura-pura tidak ada apa-apa? Haruskah aku selalu diam sedangkan setiap waktu rasa sakit itu semakin mengeroggti lubang hati yang semakin besar dan dalam?.
Hubungan macam apa ini? Jika ternyata kamu tak berubah juga, jika ternyata janjimu “janji ga akan ngulangin kesalahan ini lagi” tapi justru kamu mengulangi terus menerus. Harus seperti apalagi aku memahamimu,harus sebanyak apa lagi aku memafkanmu,harus berapa lama lagi aku bertahan denganmu.
Bagaimana cara agar kamu peka bahwa semua pengorbanan dan kesabaranku adalah bahwa ku ini sangat mencintai dan menyayangimu. Setiap malam aku menangis meledakkan emosiku yang aku pendam. Kamu,ya kamu! Kamu sudah mengambil sebagian jiwaku dan kamu tak pernah bisa menjaganya. Aku tak tau dimana sebenarnya kau tempatkan jiwaku hingga aku terus merasakn sakit. Mungkin kamu membuangnya di suatu tempat yang sangat jauh,jauh dari hatimu kekasihku.

Rabu, 06 Maret 2013

Feature : Mutiara Hitam di Jalanan

Edit Posted by with No comments

Mutiara Hitam di Jalanan
Mereka bermodalkan sebungkus kantong bekas bungkus permen dan menggunakan baju lusuh itulah anak jalanan yang ada di Perempatan menuju tol Cileunyi,Bandung. Umur mereka di bawah 15tahun yang seharusnya kini duduk di Sekolah Dasar namun nasib membawa mereka ke jalanan. Mereka berdua menyanyikan beberapa lagu yang tak begitu jelas dengan suara lantang mereka. Satu persatu mobil angkot atau bus kota mereka hampiri.
Mutiara hitam di jalanan itulah sebutan untuk mereka, di tengah panasnya mentari mereka mondar-mandir menghampiri beberapa mobil yang berhenti demi mendapatkan uang untuk hidup sehari. Keinginan mereka bukanlah hidup di jalanan. Faktor ekonomi adalah alasan utama kenapa mereka harus ada di sekumpulan asap mobil dan debu. Anak di bawah umur yang terlantar,mereka tak seharusnya berada di jalanan seperti itu. Ibarat Mutiara yang indah seharusnya mereka bisa di jaga dan diberi perhatian. Akan menjadi apa kelak generasi muda di Indonesia jika hal seperti ini masih ada dan terus berlanjut?Apakah pemerintah tak bisa turun tangan sama sekali?
Mereka menyanyikan lagu bersama sama dan menyodorkan kantong plastik bekas bungkus permen kepada para penumpang berharap di kasihani dan diberi uang.  Hanya beberapa receh yang mereka dapat,ada pun yang iba terhadap mereka dan memberikan uang lebih. Uang yang mereka dapatkan dari perorang paling besar hanya 5 ribu rupiah itupun hanya sekali dalam beberapa puluh mobil yang mereka hampiri. Dan kebanyakan dari penumpang hanya memberi mereka uang receh 5 ratus rupiah.
Kadang mereka beristirahat sejenak di bawah pohon dekat trotoar jalan sambil menghitung uang hasil mereka mengamen. Minggu siang itu sangat panas dan membuat mereka berkali-kali membeli minuman, 1 buah air mineral yang berharga 5 ratus rupiah untuk berdua. Wajah mereka tersengat matahari dan tercampur debu serta asap kendaaraan.  Sejak pukul 09.00 mereka sudah ada di perempatan yang banyak di diami mobil sedang ngetem. Mereka tak mengenal lelah bahkan mereka  sudah terbiasa dengan hinaan orang-orang. Kerap kali mereka di tegur oleh para kondektur bus karena mengganggu kenyamanan penumpangnya sehingga terpaksa mereka tidak jadi mengamen di bus tersebut.
Terlihat dari wajah mereka bahwa mereka pun tak menginginkan menjadi seperti itu. Beberapa kali mereka mengeluh karena hanya mendapatkan beberapa rupiah selama berjam-jam. Rupanya Minggu itu penumpang sangat sepi. Mereka sama sekali tak membeli makanan berat untuk menganjal perut mereka. Menahan panas dan lapar sudah menjadi kebiasaan mereka setiap hari. Mereka hanya menyanyikan lagu itu-itu saja dan tak ada satupun alat musik yang mereka bawa. Mereka bernyanyi sambil menepukkan kedua telapak tangan mereka dan berpadu dengan nyanyian mereka.
Anak seumuran mereka seharusnya bisa bersekolah dengan nyaman dan di perhatikan oleh orang tua mereka. Bukan hanya orang tua mereka saja yang bertanggung jawab tetapi pemerintah pun harus ikut andil dalam hal ini. Jaminan atas hak asasi mereka perlu di pertanyakan lagi. Selain itu wajib belajar 9 tahun pun harus lebih di perketat lagi.