Hari
ini hujan turun begitu deras, sedangkan
aku masih terjebak di tempat ini. Ayah yang berkali-kali meneleponku rupanya
sangat khawatir padaku dan berkali-kali memarahiku di telepon. Memang salahku
pergi ke toko buku pukul 4 sore, aku pikir aku hanya akan membeli beberapa buku
saja dan langsung pulang namun ternyata aku justru tergiur untuk membaca novel
yang baru ku beli di kafe samping toko buku dengan menikmati secankir kopi. Tak sadar hujan tiba-tiba turun
begitu deras dan membuatku terhenyak karena waktu sudah menunjukkan pukul 6
sore.
“Ayah bisa memarahiku,
aduh gimana dong” keluhku pada Sebastian. Dia yang selalu menemaniku kemanapun
aku pergi. Dia lelaki yang tak pernah bosan medengar ocehanku. Menurutku dia
lelaki yang sempurna untukku. Dia kekasihku. Hari ini Sebastian terpaksa tidak
membawa mobilnya karena aku lebih ingin naik angkutan umum.
“Santai sayang,semua
akan baik-baik saja I was always there beside you”
jawabnya.
“Iya tapi ayah pasti
marah gara-gara aku pulang lewat dari jam 6” keluhku lagi.
Sebastian hanya
menanggapinya dengan senyuman dan memegang jemariku.
Pukul
19.30 hujan belum juga reda dan belum ada bus kota yang lewat. Aku melirik ke arah Sebastian,dia masih santai
dan tidak ada ketegangan diwajahnya. Akhirnya bus kota datang,dan sudah penuh
terisi penumpang. Terpaksa aku dan Sebastian berdiri. Inilah indonesia. Bus duah
penuh dan berdesakkanpun masih saja memasukkan para penumpang. Terlalu memaksakan.
Sebastian memaksa untuk
mengantrkanku pulang sampai rumahku,bahkan dia tidak peduli dengan Ayahku. Dia
berkata bahwa dia akan menghadapinya.
Sesampainya di
rumah,aku melihat ayah di depan pintu,dia terlihat sangat cemas. Namun wajah
cemasnya hilang begitu saja ketika Ayah melihat Sebastian ada di sampingku.
“Jadi sekarang kelakuan
kamu begini !” Ayah melototiku.
“Kamu ini wanita,apa
kata orangkalau mereka melihat anak gadis pulang jam 10 malam dengan seorang
lelaki?”
“Yah,sudah kujelaskan
tadi hujan deras dan mobil juga...” sanggahku.
Belum sempat aku
melanjutkan pembicaraanku Ayah langsung menyentakku.
“Sudah cukup ! Kamu ini
sudah keterlaluan dan kenapa kamu masih bersama lelaki ini,bukan kah Ayah sudah
mengatakan bahwa Ayah tidak setuju kamu bersamanya”
Awal pertemuan Ayah dan
Sebastian memang kurang baik. Awalnya aku memperkenalkan Ayah dengan Sebastian.
Ayah menyambutya dengan baik namun ketika Ayah tahu bahwa dia adalah asli
keturunan Italia dan dibesarkan pula di Italia Ayah meniyakpinya berbdea dari
sebelumnya. Sebastian datang ke Indonesia kerena untuk mengerjakan proyek
dengan rekan bisnisnya. Sebastian sudah 2 bulan di Indonesia dan kami berteman
dengan baik. Kami baru berpacaran 2 minggu. Yang membuat ayah sangat tidak
setuju karena dia Katholik. Dan Ayah juga menilai bahwa Sebastian sama dengan
para pemuda di luar negeri sana. Yang sering minum-minuman keras,gonta ganti
pasangan dan pergaulan bebas lainnya.
“Ayah,ayah sudah salah
menilai dia,harusnya ayah kenali dia dulu sebelum ayah menjudge dia sesuka
ayah,dia berbeda yah”
“Berbeda bagaimana?buktinya
dia sudah membawamu pulang selarut ini, apa itu bedanya?apa itu yang disebut
baik?mungkin besok dia membawamu untuk berpesta minuman keras”
“Ayah !” nadaku
tertahan dan suaraku sangat berat, aku menangis.
Sebastian yang masih
disampingku masih erat menggenggam tanganku.
“Yah,ini bukan
salahnya. Salahkan aku jika memang menurut ayah aku salah. Sebenarnya kami
memang terjebak hujandan menunggu bus kota yang tak kunjung datang. Di tambah
jalanan macet karena banjir”Tutur Sebastian lembut.
“Alah sudahlah !
sekarang kamu jangan datang kesini lagi dan jangan pernah berhubugan denga
putriku,kamu sama saja dengan pemuda-pemuda di tempat asalmu”
“Aku tidak seperti itu
yah”
“Sudah sudah, kamu juga
ga pantas dengan putriku lagi pula nikah beda agama itu hukumnya haram”
“Kami masih dalam
proses berpacaran,kalaupun kami menikah nanti aku yang akan masuk Islam”
“Saya tidak
percaya,nanti yang ada malah putriku yang jadi korban,Kamu sekarang masuk”ayah
menyeretku dan menyruhku masuk.
Sebastian masih dengan
ketenangannya juga kekecewannya terhadap Ayah. Tak beberapa lama diapun
pergi,hujan masih deras.
Semenjak
kejadian itu kami backstreet dan
sudah berjalan 5 bulan tanpa sepengetahuan Ayah. Sebastian berjanji akan
melunakkan hati Ayah secara perlahan agar bisa menerimanya.Sebenarnya Ayah
bukanlah tipe orang yang keras hanya saja dia sangat memgang teguh prinsipnya.