Kamis, 09 Mei 2013

Menahan Rindu

Edit Posted by with No comments
Menahan Rindu
...Jikateringat tentang dikau jauh di mata dekat dihati...
Kamu tahu, penggalan lagu itu yang selalu terngiang di telingaku. Tentang raga yang terpaut jauh, sementara cinta berada pada satu hati. Aku bersyukur, jauhmu malah mendekatkan hati kita. Aku dan kamu sama-sama mengecapnya.
Hai kamu yang tak bisa ku perhatikan diam diam, apa kabarmu di sana?Apakah sama indahnya denganku.Tak usah kamu pedulikan tentang status kita. LDR mereka sebut. Katakan saja mereka iri melihat hubungan kita yang sudah terjalin sekian tahun meski jarak memisahkan.
Hmmmm... apakah pertemuan sangat membenci kita sampai-sampai dia tak memberi kita celah? Ah, sudahlah aku yakin waktu bisa bersahabat dengan manusia agar kita tetap bersabar. Untuk saat ini kita hanya perlu membiarkan rasa rindu itu mengalir. Jangan sampai kamu melawannya, sebab itu bisa menjadi boomerang untukmu, untuk kita. Jadi biarkanlah dia mengalir, dari hulu ke hilir. Lalu siapkan diri kita untuk bermuara pada laut lepas. Pada cinta yang luas....
Hubungan kita rentan sekali bukan? Aku dan kamu, hanya memiliki penyambung bernama ‘percaya’. Kamu jauh dari kotaku,entah seperti apa rupa kotamu disana. Aku dengar,disana kamu digilai banyak perempuan. Ah, awas saja kalau kamu bermain di belakangku.
Kata orang,hubungan jarak jauh tak akan berjalan lancar dan selalu berakhir dengan kata ‘putus’. Bagiku,itu hanya cerita horor yang hanya akan menciutkan nyaliku. Faktanya aku dan kamu bisa bertahan sampai sekarang. Anggap saja sedikit cek-cok itu pewarna untuk hubungan kita. Sesederhana itu.
Kita sedang berjalan pada jalan yang tak tampak, namun bertujuan. Abstrak, namun kita bisa merasakannya, bukan? Ya, sesuatu yang abstrak  itu bernama cinta. Kita tak melihatnya, namun hati kita merasakan.
Aku tak pernah menyalahkan rasa atas situasi ini, apalagi aku memaki jarak karena telah menciptakan sekat di antara kita. Sungguh.
Kita sudah mengetahui resiko ini ketika kita mulai berkomitmen; menahan rindu. Kita hanya perluberkomunikasi,saling percaya dan tentu kesabaran. Aku harap kamu tidak menyia-nyiakan kepercayaanku.
Aku sering menciptakan praduga buruk tentangmu. Mungkinkah saat ini kamu sedang asyik mengobrol dengan perempuan lain. Ah, terlalu banyak prasangka yang kucipta. Pada akhirnya kembali kutepis semua itu. Maafkan aku yang telah meragu....
Untuk temu yang selalu kunanti, bersediakah kamu menjaga setiamu untukku? Kamu tak perlu khawatir, akupun demikian. Kita jaga setia kita, untuk satu tujuan yang sudah dipersiapkan Tuhan bernama pernikahan.


Oleh; Anis Honesty
Disunting kembali oleh; Dion Sagirang