Menahan
Rindu
...Jikateringat tentang dikau jauh di mata dekat dihati...
Kamu tahu,
penggalan lagu itu yang selalu terngiang di telingaku. Tentang raga yang
terpaut jauh, sementara cinta berada pada satu hati. Aku bersyukur, jauhmu
malah mendekatkan hati kita. Aku dan kamu sama-sama mengecapnya.
Hai kamu yang tak bisa ku perhatikan diam diam, apa kabarmu
di sana?Apakah sama indahnya denganku.Tak usah kamu pedulikan tentang status
kita. LDR mereka sebut. Katakan saja mereka iri melihat hubungan kita yang sudah
terjalin sekian tahun meski jarak memisahkan.
Hmmmm... apakah pertemuan sangat membenci kita sampai-sampai
dia tak memberi kita celah? Ah, sudahlah aku yakin waktu bisa bersahabat dengan
manusia agar kita tetap bersabar. Untuk saat ini kita hanya perlu membiarkan
rasa rindu itu mengalir. Jangan sampai kamu melawannya, sebab itu bisa menjadi
boomerang untukmu, untuk kita. Jadi biarkanlah dia mengalir, dari hulu ke
hilir. Lalu siapkan diri kita untuk bermuara pada laut lepas. Pada cinta yang
luas....
Hubungan kita rentan sekali bukan? Aku dan kamu, hanya
memiliki penyambung bernama ‘percaya’. Kamu jauh dari kotaku,entah seperti apa rupa
kotamu disana. Aku dengar,disana kamu digilai banyak perempuan. Ah, awas saja
kalau kamu bermain di belakangku.
Kata orang,hubungan jarak jauh tak akan berjalan lancar dan selalu
berakhir dengan kata ‘putus’. Bagiku,itu hanya cerita horor yang hanya akan
menciutkan nyaliku. Faktanya aku dan kamu bisa bertahan sampai sekarang. Anggap
saja sedikit cek-cok itu pewarna untuk hubungan kita. Sesederhana itu.
Kita sedang berjalan pada jalan yang tak tampak, namun
bertujuan. Abstrak, namun kita bisa merasakannya, bukan? Ya, sesuatu yang
abstrak itu bernama cinta. Kita tak
melihatnya, namun hati kita merasakan.
Aku tak pernah menyalahkan rasa atas situasi ini, apalagi
aku memaki jarak karena telah menciptakan sekat di antara kita. Sungguh.
Kita sudah mengetahui resiko ini ketika kita mulai berkomitmen;
menahan rindu. Kita hanya perluberkomunikasi,saling
percaya dan tentu kesabaran. Aku harap kamu tidak menyia-nyiakan kepercayaanku.
Aku sering menciptakan praduga buruk tentangmu. Mungkinkah
saat ini kamu sedang asyik mengobrol dengan perempuan lain. Ah, terlalu banyak prasangka
yang kucipta. Pada akhirnya kembali kutepis semua itu. Maafkan aku yang telah
meragu....
Untuk temu yang selalu kunanti, bersediakah kamu menjaga
setiamu untukku? Kamu tak perlu khawatir, akupun demikian. Kita jaga setia
kita, untuk satu tujuan yang sudah dipersiapkan Tuhan bernama pernikahan.
Oleh; Anis Honesty
Disunting kembali oleh; Dion Sagirang